Dari Pelatihan Sakinah Finance di London

Perencanaan keuangan keluarga syariah mulai dibutuhkan oleh banyak keluarga Indonesia, termasuk mereka yang tinggal di luar negeri.

sakinahfinancelondon“Terimakasih Ibu Murniati Mukhlisin beserta keluarga atas waktu & ilmu yang telah disampaikan. Alhamdulillah sejak pertemuan pertama, perubahan besar yang saya ambi lketika saya pulang ke Indonesia. InsyaaAllah impian menjadi keluarga SAKINAH secara financial bisa saya wujudkan. Begitu juga teman-teman INDUK lainnya, Amin Amin YRA” ujar Yani Panasaran, salah satu peserta pelatihan Sakinah Finance baru – baru ini di London.

Yani yang datang ke London pada 2007 ini beserta kawan – kawannya sesama pekerja asal Indonesia bergabung di komunitas Indonesia Networking and Development – UK (INDUK). Mereka senantiasa mengadakan pertemuan bulanan di kantor KBRI di London untuk menghadiri acara seminar, pelatihan, presentasi,atau terkadang dalam rangka menyiapkan aktifitas kesenian.

Sudah yang ketiga kalinya Yani mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Murniati Mukhlisin dan LuqyanTamanni, penulis sekaligus konsultan keuangan keluarga Sakinah Finance yang juga merupakan dosen senior STEI Tazkia, Indonesia ini.

“Kami ingin selalu menimba ilmu dan pengalaman sesama teman – teman untuk menjadi bekal hidup kami selama di Inggris dan juga ketika pulang kelak” ujarTuti Musbeth, Ketua INDUK tahun ini kepada wartawan.

Pelatihan Sakinah Finance untuk komunitas INDUK dimulai dari tentang dasar – dasar keuangan keluarga secara syariah, perencanaan keuangan masa depan, perhitungan zakat, dan kali ini adalah tentang manajemen utang dan koperasi syariah. “Teman – teman INDUK ini luar biasa semangat dalam mempelajari hal yang baru.

Saya sempat kaget ketika topik terakhir yang dipilih adalah satu topik serius tentang bagaimana pengenalan operasional koperasi syariah. Kami belum mendengar ada inisiatif serupa selama kami tinggal di Inggris” ujar Murniati sambil tersenyum.
Tahun lalu ada inisiatif dari Dompet Dhuafa USA yang berpusatkan di Philadelphia, Amerika Serikat untuk membuka Islamic Credit Union, konsepnya mirip dengan koperasi syariah, sambung Murniati yang sempat mendampingi tim di sana selama beberapa hari.

Adapun pelatihan koperasi syariah yang disampaikan oleh Luqyan mulai dari dasar – dasar dan contoh transaksi sederhana bagaimana anggota – anggota koperasi kelak akan menjalankannya. Dibahas juga mengenai bagaimana badan koperasi diakui secara hukum di Inggris yang dikenal dengan sebutan Co-op.

Koperasi syariah di Tanah Air sudah membanjiri setiap sudut – sudut kota, baik dengan nama koperasi syariah atau BMT (Baytul Maal wa Tamwil) misalnya yang berlandasan hukum koperasi jasa keuangan syariah (KJKS).

Saat ini semua BMT yang jumlahnya mendekati 3,500 unit itu turut diawasi oleh OJK selayaknya operasional bank syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah(BPRS) demi peningkatan kualitas manajerial dan kepercayaan masyarakat.

Bedanya dengan bank syariah, BPRS memberikan pembiayaan dengan skala Rp50-100 juta sedangkan koperasi syariah pada skala mikro artinya di bawah Rp50 juta, dan beberapa BMT memberikan pembiayaan sekitar Rp100 ribu.

“Kami juga tertarik untuk mengikuti advis Ibu Murniati bagaimana supaya dapat menggunakan produk perbankan syariah selama kami tinggal di UK, sebagai salah satu memenuhi mimpi  kami para anggota untuk menunaikan ibadah umrah dari London” tutup Tuti dengan mata penuh semangat.

Dalam kesempatan ini, Duta Besar RI untuk Inggris dan Republik Irlandia Utara berkenan membubuhkan tandatangannya di sertifikat pelatihan yang dibagikan untuk semua peserta. (Murniati Mukhlisin – Glasgow, UK)