Berpuasa selama 13 jam di Tanah Air yang panas sebanding dengan berpuasa 19 jam di United Kingdom (UK) dengan cuaca yang sejuk. Ini kisah puasa anak-anak Indonesia di UK.
Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc Dosen STEI Tazkia/Konsultan Sakinah Finance/Anggota MES-UK membagi kisahnya kepada pembaca MySharing.
Sebagai umat Islam penentuan waktu berpuasa harus berpijak kepada ayat berikut: “…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam…” (QS. Al Baqarah: 187). Jadi Ramadhan jatuh di musim apapun tetap harus mengikuti perputaran matahari.
Bagi warga Indonesia di UK, yang baru merasakan pengalaman pertama di musim panas harus beradaptasi terhadap waktu dan keadaan yang lain dari yang biasa mereka dapati di Indonesia. Bagaimana dengan anak-anak? Pada Ramadhan ketiga di Kota Glasgow, UK, anak-anak kami, Layyin (15), Hayyan (13) dan Rayyan (11) makin merasa puasa di UK serta tarawih di masjid tengah malam adalah aktifitas menyenangkan.
Jadwal yang dibuat oleh orangtua mereka, Luqyan Tamanni dan Murniati Mukhlisin untuk putri dan kedua putranya ini menentukan apakah mereka akan dapat cepat beradaptasi. Mereka menuturkan bahwa anak-anak pada awalnya merasakan berat namun setelah terbiasa puasa panjang dianggap aktifitas yang mengasyikkan.
Sahur dimulai pukul 2:00 pagi dilanjutkan dengan Subuh pukul 2:45 kemudian mereka tidur sekitar pukul 3:15. Karena sekolah pukul 9:00 maka anak-anak harus bangun pukul 8:30. Kemudian kami pergi ke kampus, tutur Luqyan, sang ayah yang sedang menjalankan studi S3.
Sepulangnya dari sekolah, anak-anak kami harus Sholat Zuhur baru kemudian tidur hingga waktu Ashar pukul 19:30. Setelah dari masjid mereka diperbolehkan bermain hingga waktu berbuka yaitu pukul 22:15 ketika waktu Maghrib tiba.