Sakinah Finance di Riau

Riau “Berasap” semangat praktikkan pengelolaan keuangan gaya mahasiswa

Selama 18 tahun Riau mengalami kebakaran hutan dan kejadian dalam tiga bulan di tahun sepertinya lebih marak dibicarakan di berbagai media termasuk di media sosial. Menurut Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) di Liputan 6, masalah asap ini seiring dengan meningkatnya hampir 300% izin Hutan Tanaman Industri yang dikeluarkan sejak 2009-2011.

Sepertinya pembuat kebijakan saat itu hanya mengutamakan tercapainya tujuan ekonomi tanpa menghitung konsekuensi yang terjadi. Belum sempat manfaat ekonomi tersebut dinikmati sepenuhnya oleh rakyat, pemerintah sudah harus mengeluarkan 200 milyar untuk penanggulangan asap tahun ini.

Bahkan, tahun depan Komisi IV-DPR telah menyetujui anggaran 650 milyar yang akan digunakan oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup untuk antisipasi asap. Angka itupun masih sangat kecil, seharusnya 10 kali lipat kata Ketua Komisi IV-DPR, Edhy Prabowo! Berarti akan ada kebarakan lagi tahun depan? Ck…ck…ck…

riau2

Ironis memang, alang – alang mau meraup untung, ternyata harus menggerus uang lagi untuk menutupi konsekuensinya. Siapa yang menikmati, siapa yang menderita? Semoga para pemimpin bangsa ini makin peka dan tegas dalam mengatasi permasalahan ini.

Ternyata isyu asap di Riau kali ini tidak menghalangi Kajian Studi Ekonomi Islam (KASEI) Fakultas Ekonomi  – Universitas Riau untuk menyelenggarakan acara ekspo intelektual dalam rangka milad Universitas Riau ke-53. Berbagai bengkel kerja dan talkshow diselenggarakan antara lain bedah buku metodologi riset, bagaimana menjadi mahasiswa cemerlang dan pebisnis sukses, serta pengelolaan keuangan syariah bagi mahasiswa.

“Acara KASEI kali ini dihadiri oleh Wakil Rektor III, Dr. Syahrial, Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi Drs. Wahyu Hamidi, M.Si, Wakil Gubernur Mahasiswa Fakultas Ekonomi Ilham Dermawan, para dosen dan mahasiswa serta tamu undangan yang berjumlah sekitar 500 orang” kata Al Afif Muzakir, selaku CEO KASEI FE-UNRI.

Yang menariknya adalah talkshow pengelolaan keuangan syariah yang diadakan dengan penulis dan konsultan Sakinah Finance ini dibuat secara online dikarenakan kedua pembicaranya tidak sedang berada di Pekanbaru. Luqyan Tamanni, M.Ec, RFP-I dan Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc yang sudah hampir empat tahun tinggal di Inggris ini masing – masing sedang berada di kota Glasgow dan Colchester, Inggris pada saat acara berlangsung. Tersambungkan dengan media elektronik, kegiatan telekonferensi hampir dua jam ini berjalan lancar.

riau1

Talkshow dimulai dengan permasalahan pendapatan halal, haram, dan syubhat. Murniati memberikan contoh pendapatan yang syubhat atau haram seperti pendapatan yang diterima orang – orang yang terlibat dalam pembakaran hutan di Riau, yang menyebabkan banyak orang menderita karenanya.  Jadi berkah atau tidaknya pendapatan, dililhat dari asal usulnya, dan kemudian bagaimana pendapatan itu dikeluarkan, ulasnya.

Luqyan menegaskan bahwa pendapatan dikeluarkan harus mengikuti skala prioritas dan tujuan-tujuan syariah (Maqasid Syariah) maka dari itu mahasiswa harus memasang impian jangka pendek, menengah dan panjang dan harus ambisius. Pertanyaan peserta banyak berkisar mengenai bagaimana mengawal nafsu belanja, pola produk dan jasa keuangan syariah yang ada saat ini dan yang mana cocok untuk mahasiswa.

“Semangat ber-ekonomi Islam seperti ini perlu dikembangkan sejak usia dini ketika anak-anak sudah pandai membaca dan menulis atau seperti pada level mahasiswa misalnya supaya makin banyak masyarakat Muslim yang dapat memacu lajunya perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia” tutup Murniati.