Disiplin adalah salah satu syarat untuk menjalankan manajemen keuangan keluarga bagi rakyat miskin. Walau terkesan buang-buang waktu dan kegiatannya membosankan ternyata praktik keuangan tersebut berdampak positif.
Dalam sebuah riset yang ditulis oleh Profesor Steven Waker, seorang Guru Besar bidang akuntansi di Edinburgh University, Inggris, disebutkan bahwa manajemen keuangan bagi keluarga miskin dapat membantu peningkatan taraf hidup. Dalam risetnya, disebutkan sebuah studi kasus rehabilitasi ekonomi tahun 1930-an setelah Great Depression besar – besaran yang menimpa Amerika saat itu.
Program rehabilitasi yang dibuat untuk membangunkan semangat 750 ribu petani di Amerika saat itu dimulai dari pemberian modal usaha dan latihan kedisiplinan dalam mengatur keuangan keluarga. Selama program pemberian modal usaha itu berlangsung, para petani (termasuk anggota istri dan anak-anaknya) diajarkan para petugas lapangan bagaimana mengatur keuangan dengan baik dari mulai menuliskan berapa hasil panen yang dijual, berapa keuntungan, untuk apa saja dibelanjakan (makan, baju, buku) hingga berapa sumbangan untuk gereja diberikan.
Setelah program berakhir, didapati para petani dan keluarganya berhasil memperbaiki taraf hidupnya. Dalam pengukuran kesuksesan program itu didapati kesimpulan bahwa salah satu faktor keberhasilan adalah karena kedisiplinan.
[su_quote]Click 2 Tweet: Jika kemiskinan itu manusia, akan kubunuh dia!, Ali bin Abi Thalib[/su_quote]
Disiplin Ajaran Rasulullah
Banyak kisah kedisiplinan dalam Islam yang dituntun Rasulullah SAW dalam berbagai dimensi kehidupan. Ajaran beliau mempengaruhi gaya hidup banyak masyarakat Muslim pada saat awal tersebarnya Islam hingga saat ini.
Dengan sabarnya, beliau menunjukan kedisiplinan dalam sholat berjamaah, kedisiplinan dalam berumah tangga, kedisiplinan dalam peperangan, kedisiplinan dalam berbisnis, termasuk kedisiplinan dalam melakukan perkara kecil sekalipun.
Suatu amalan walaupun sedikit yang dibuat terus menerus dengan ketekunan dan disiplin yang tinggi adalah suatu yang disukai oleh Allah SWT, seperti termaktub dalam sebuah hadits dari ’Aisyah r.a., beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”’ Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya (HR Muslim No. 783).
Susahkah Menanamkan Disiplin itu?
Ahmad Jamaan, S.IP, M.SI seorang dosen Ilmu Politik Universitas Riau yang juga seorang aktifis kemasyarakatan berbagi pengalaman tentang hal ini. Berangkat dari pengalamannya membina masyarakat petani di Riau, kedisiplinan adalah hal yang terberat untuk ditanamkan kepada anggota kelompok petani ini. Hal tersebut dikarenakan program sejenis tidak berkesinambungan, dipenuhi dengan karakter politik penguasa yang sangat kental bermuatan proyek dan seremonial.
Menurutnya, program pembinaan bagi rakyat miskin adalah harus melalui sinergi dengan berbagai pihak dan berkesinambungan, baru kemudian disiplin dapat diterapkan dan hasilnya dapat dilihat.
Senada dengan Ahmad, Ir. Andi Ihsan Arkam, Kepala Tazkia Microfinance Centre, awalnya memang sulit untuk menanamkan kedisiplinan di kalangan keluarga yang hampir mencapai sekitar 5,000 anggota pemberdayaan ekonomi yang dibinanya di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat. Namun dengan ketekunan para petugas lapangan yang berbekal semangat Qurani, pembinaan kedisplinan ini disambut positif. Buktinya sejak dijalankan delapan tahun yang lalu, 99% para anggota disiplin tepat waktu dalam menunaikan kewajiban keuangannya.
Ternyata keberhasilan tersebut tidak membuat tim Tazkia puas, tahun ini bersama – sama dengan tim Sakinah Finance ingin meningkatkan praktik kedisiplinan lebih jauh lagi yaitu dengan disiplin dalam perencanaan keuangan keluarga. Kedisiplinan dalam hal ini dipercayai dapat lebih memantapkan lagi visi misi keluarga dengan tetap berkomitmen terhadap syariah. Sehingga dalam jangka panjang para keluarga miskin ini akan dapat naik kelas menjadi keluarga yang mandiri dan berkecukupan.
Bukti Nyata Pengentasan Kemiskinan
Per bulan Maret 2015, menurut Badan Pusat Statistik ada 11,2% dari jumlah penduduk Indonesia dikategorikan miskin atau sekitar 28,59 juta orang, naik 8.6juta dari tahun sebelumnya. Artinya semakin banyak keluarga Indonesia yang tidak memiliki pendapatan yang sewajarnya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Selagi kemiskinan masih ada di sekitar kita selagi itulah pemberantasan kemiskinan harus semakin digalakkan. Seperti kata Ali bin Thalib r.a.: “Jika kemiskinan itu manusia, akan kubunuh dia.”
[su_quote]Click 2 Tweet: Tazkia Microfinance membina 5,000 rakyat miskin sejak 8 tahun lalu, 99% anggota disiplin melunasi pembiayaan.[/su_quote]
Kesimpulannya jika kedisiplinan dalam manajemen keuangan keluarga adalah salah satu kunci keberhasilan bagi masyarakat miskin untuk keluar dari garis kemiskinan, ada baiknya untuk dapat dicoba terapkan pola tersebut di dalam kegiatan peningkatan ekonomi rakyat miskin di Indonesia.
Hal ini tentu saja akan memakan waktu, tenaga dan biaya tentunya tetapi dengan izin Allah akan memberikan hasil yang bermanfaat dalam jangka panjang demi menuju Indonesia yang makin sejahtera, yaitu Indonesia yang “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur” (QS Saba’ (34):15). Salam sakinah!