Pelataran Masjidil Haram: Dok (Pribadi)

Fardu Khifayah: Bukan Sekadar Shalat Jenazah

Fardhu kifayah bukan hanya soal memandikan jenazah, juga soal membentuk kualitas umat Islam sebagaimana dicontohkan dalam peradaban yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah.

Ketika menginjakan kaki di lapangan terbang King Abdul Aziz, Jeddah kemarin, saya teringat isi obrolan ringan di Colchester pekan lalu yang dibawakan oleh Dr. Muhammad Syafii Antonio, pakar ekonomi syariah dari Tanah Air yang juga Ketua STEI Tazkia, Bogor.

Menurut Beliau ada kesalahpahaman di kalangan umat Islam tentang apa yang dimaksud dengan fardhu kifayah. Banyak yang berfikir bahwa fardhu kidayah adalah hanya memandikan dan menyelenggarakan sholat jenazah. Padahal definisi fardhu kifayah sendiri adalah suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh umat secara bersama-sama, dan jika dilakukan oleh satu orang saja dari umat maka kewajiban itu gugur dari seluruh Muslim yang lain. Namun jika tidak ada satupun yang mengerjakannya, maka kewajiban tersebut menjadi tanggungan semuanya.

Ayo kita pahami lagi makna fardhu kifayah!
Dari definisi yang ada ternyata makna fardhu kifayah sangat luas. Fardhu kifayah berlaku di berbagai aspek kehidupan manusia, seperti yang telah dicontohkan dalam peradaban yang dibangun Rasulullah SAW di Madinah.

Masjid yang dibangun oleh Rasul yang sekarang dikenal dengan Masjid Nabawi ini, bukan hanya sebagai pusat ibadah, tetapi juga dijadikan pusat politik, pemerintahan, pertahanan, penyebaran ilmu pengetahuan, bantuan, perlindungan, dan kegiatan dakwah. Lengkap sudah bahwa bukan hanya hubungan dengan Allah (habluminnallah) juga hubungan antarmanusia (habluminannas) menjadi sumber – sumber kekuatan umat Muslim saat itu.

Semangat itu seharusnya kita bawa saat ini, Umat Islam pemberi solusi untuk berbagai permasalahan yang ada sekarang ini, bukan Umat Islam yang selalu bergantung kepada hasil kerja kaum lain. Dari sisi ekonomi misalnya, posisi kita yang mayoritasnya adalah konsumen sudah saatnya beralih menjadi produsen.

Sudah saatnya Umat Muslim menjadi produsen bukan konsumen Click To Tweet

Bukankah Al-Qur’an juga sudah menyebutkan Ulil Albab, Ulil Abshor dan Ulil Nuha, jabatan paling prestisius bagi kaum yang berakal, yang mau berfikir dan berusaha mempelajari dan menemukan nikmat – nikmat Tuhan baik di bumi, langit dan di antara keduanya. Pada akhirnya orang-orang ini diberikan lagi jabatan yang lebih tinggi beberapa derajat karena ilmunya (QS Al-Mujadalah (58): 11).

Dimanakah umat Islam saat ini?
ilahkan dicek urutan orang terkaya di dunia dan di Indonesia tahun 2016 yang baru dirilis oleh Majalah Forbes. Dari situ dengan sekilas kita dapat menebak, siapa penyedia barang dan jasa yang terbesar yang akhirnya mengontrol kebutuhan Umat Islam saat ini.

Syafii Antonio memberikan contoh urusan haji atau umrah dalam diskusi pekan lalu. Walaupun saat ini belum musim haji namun berbondong-bondong masyarakat Muslim berdatangan untuk menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci. Dalam pesawat British Airways yang saya tumpangi, saya perhatikan ada rombongan yang sudah siap dengan pakaian ihramnya ketika melewati batas miqat sejenak sebelum pesawat mendarat.

Sekitar 30% keuntungan dari bisnis travel umrah/ haji adalah untuk Boeing dan Airbus Click To Tweet

Sahabat Sakinah Finance, Agus Junaidi membantu saya berhitung, jika seorang membayar 900 poundsterling, paket ekonomi saat ini untuk keberangkatan dari London selama 10 hari, maka untuk apa saja peruntukannya perorang.

[su_table]

Biaya pesawat 250
Biaya hotel di Mekkah dan Madinah 250
Biaya makan 100
Biaya transportasi lokal 100
Biaya visa 50
Keuntungan travel umrah 150

TableTable[/su_table]

Dari hitungan kasar di atas kita lihat bahwa ada sekitar 30 persen dari paket di atas dialokasikan untuk biaya pesawat yang tentunya keuntungannya akan dinikmati oleh perusahaan Boeing dan Airbus.

Dari alokasi di atas, ada 30 persen disisihkan untuk hotel yang umumnya dikuasai oleh pemilik modal asing. Sekitar 10 persen biaya dialokasikam ke bis dan taksi yang biasanya diproduksi oleh Toyota, GMC, Hyundai, dan Nissan.

Adapun 10 persen urusan makan dan minum dikuasai yang pemasok dari Thailand dan Cina. Belum lagi kita bicara mengenai alat peralatan umrah dari kain ihram, sejadah, derigen air, mukena dan tasbih yang lucunya banyak berlabel Made in Cina. Alat komunikasi pun sangat jelas, handphone Nokia, iPhone, Samsung, Sony yang bukan milik Umat.

Contoh di atas hanya sekedar urusan umrah belum lagi masalah pendidikan dan lain – lain, masih sangat sedikit Umat Islam yang memainkan peranan besar. Maka dari itu mari bulatkan semangat untuk membuat perubahan.

Mari kita tanamkan niat untuk senantiasa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain Click To Tweet

Mulailah dari keluarga dan lingkungan sekitar

Mari kita tanamkan niat untuk senantiasa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain (khoirunnas anfa’uhum linnas). Juga berazam untuk menumbuhkan sikap dan mental yang tangguh serta tidak biasa menyia-nyiakan waktu. Tak kalah pentingnya, marilah kita pastikan untuk selalu berusaha berbuat yang terbaik, jika ada yang kurang, diperbaiki secara berkala (konsep itqon).

Tidak dinafikan lagi bahwa Rasulullah SAW adalah panutan bagi kita di berbagai aspek, termasuk cara beliau berdagang yang telah beliau jalani selama hampir 25 tahun sebelum misi beliau menjadi Rasul. Seperti yang sudah pernah dibahas bahwa prinsip – prinsip perdagangan yang dicontohkan Rasulullah SAW adalah sangat sederhana sehingga sangat mudah dipraktikkan (baca artikel Sakinah Finance: Bumikan Bahasa Fatwa Keuangan Syariah).

Tentu saja, syarat – syarat halal dan baik, misi ibadah, dan akhak yang mulia sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW ketika melakukan transaksi bisnis. Beliau juga visioner, hebat dalam membuat perencanaan dan penyusunan strategi diiringi dengan permohonan doa kepada Allah SWT sehingga banyak impian beliau menjadi kenyataan.

Bukan hanya dari aspek perdagangan, namun apapun profesi dan bidang yang digeluti, mari kita pastikan menjadi yang terbaik. Pada akhirnya, umat Islam dapat memainkan peranan yang lebih signifikan lagi. Wallahu a’lam bis-shawaab. Salam Sakinah dari Kota Mekkah.

Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc
Konsultan, Sakinah Finance, Colchester – UK