Gaya Belanja Tipe Manakah Kita?

Gaya belanja yang bijak bukan hanya soal perencanaan keuangan, juga menaati ajaran agama. Ini inspirasi Sakinah Finance dari Britain’s Spending Secret.

Layyina. Foto: Koleksi pribadi
Layyina. Foto: Koleksi pribadi

Hari ini Layyina, si sulung kelas Year 11 atau setara kelas 2 SMA ini bercerita mengenai “Britain’s Spending Secret” yang ditontonnya. Di Inggris, ada sebagian keluarga yang punya kebiasaan belanja tanpa melihat kebutuhan atau tidak bisa berhemat, ada juga sebagian keluarga yang sangat berhitung-hitung jika berbelanja walaupun sebenarnya mereka mampu untuk membeli apa saja.

Konsep ini yang sering ditelaah dalam pelatihan Sakinah Finance, di mana tabiat belanja merupakan faktor penting dalam pengelolaan pendapatan keluarga. Maka dari itu, saya berminat untuk menuliskannya dalam rubrik Sakinah Finance pekan ini.

Dalam ukuran keluarga berjumlah empat orang, pengeluaran rata-rata untuk makanan perminggu menurut Office for National Statistics (ONS) di Inggris pada 2014 adalah £84, atau sekitar £360 atau sekitar Rp.7.200.000 per bulan.

Jangan terkejut dulu! Upah minimum di negara ini adalah £1,350 atau sekitar Rp.27.000.000 per bulan. Jadi, belanja makan bagi keluarga di sana adalah sekitar 25% dari upah minimum. Hal ini dapat dijadikan patokan bagi keluarga yang selama ini berbelanja kurang atau lebih dan bagaimana mencermatinya atau menyusun strateginya.

Untuk masalah ini, sangat berhubungan dengan gaya hidup dari keluarga dan bagaimana respon mereka terhadap iklan tv, koran, radio atau sosial media. Ada keluarga yang sangat sensitif dengan penampilan atau suka resah jika mendengarkan apa kata tetangga dan teman. Tipe keluarga jenis ini biasanya sulit untuk menjaga anggarannya karena keluarga ini akan memastikan supaya gaya hidupnya lebih baik dari yang lain, paling tidak sejajar. Tidak heran jika keluarga jenis ini biasanya suka terlilit hutang.

Ilsutrasi pusing karena utang. Foto: detik.com
Ilustrasi pusing karena utang. Foto: detik.com

Keluarga jenis ini juga terkadang tidak bisa mencari alternatif untuk memenuhi keinginan anggota keluarganya. Dalam episode yang ditonton Layyina, ada sebuah keluarga dengan penghasilan pas – pasan tapi tetap menyanggupi keinginan anak-anaknya untuk ikut klub balet dan lain sebagainya sehingga mereka terpaksa harus berhutang dengan kartu kredit untuk membayar iuran klub – klub itu.

Ada tipe keluarga yang sangat tidak peduli apa kata orang dan tidak akan berubah gaya hidupnya walau pendapatannya naik. Begitu juga jika pendapatan mereka tiba-tiba menurun, tipe keluarga kedua ini akan mudah menyesuaikannya. Biasanya keluarga jenis ini bisa berhasil mengatur keuangan keluarganya karena memiliki kedisiplinan yang tinggi.

Alfie Best, foto: dailymail.co.uk
Alfie Best, orang terkaya di Inggris. Foto: dailymail.co.uk

Sebut saja salah satu dari 10 orang terkaya di Inggris, Alfie Best, di rumahnya tidak ada pembantu walaupun dia mampu menggaji 10 orang sekalipun. Istrinya yang membersihkan rumahnya sendiri serta memasak untuk keluarga. Isi kulkas pengusaha perumahan statik yang mempunyai aset sebesar £200 juta ini pun tidak nampak makanan mahal. Anaknya disekolahkan di sekolah negeri yang gratis walau dia mampu menyekolahkannya di sekolat privat seperti Eton College misalnya, yang uang SPP nya £36,000 atau sekitar Rp.720.000.000 pertahun. Alasannya karena dia ingin anaknya melalui kehidupan biasa supaya tahu pahit getirnya mencari uang.

Ada juga tipe keluarga yang memang tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Hidup mereka biasanya tergantung kepada negara dan pemberi sumbangan atau para pembayar zakat. Tipe keluarga ketiga ini bisa menjadi sangat prihatin, terus berusaha dan tawakal, tetapi bisa juga dapat menjadi pemboros karena pengaruh lingkungan modern sehingga ingin mencapai apapun yang diinginkannya.

Dalam episode ini, digambarkan seorang ibu muda yang tinggal dengan putrinya yang berusia dua tahun. Dia tidak punya pendapatan tetap sehingga pemerintah memberikan tunjangan untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi dia dan anaknya sebesar £1,040 di samping tempat tinggal. Namun karena rasa gengsi, dia memaksakan diri untuk membeli kulkas bermerk seharga £2000 dicicil dalam waktu tiga tahun yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhannya.

Walau terpaksa membelinya dengan kredit dia sangat bangga ketika teman-temannya datang ke rumah dan memuji kulkasnya. Si ibu muda ini sering dipanggil ke pengadilan karena kasus kredit macet tapi dia tidak jera karena dia berfikir kapan lagi dia akan menikmati hidup. Seharusnya dia takut dengan hutang kata Layyina.

Mata uang Inggris. Foto: bbc.co.uk
Mata uang Inggris. Foto: bbc.co.uk

Setuju Layyina, hutang karena gaya hidup sangat menakutkan. Bagi seorang Muslim, jangan sampai meninggal dunia dalam keadaan berhutang. Dari Abu Hurairah RAA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Jiwa seorang Mukmin itu terkatung-katung karena hutangnya, sampai ia dibayarkan” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi dalam Kitab Bulugh Al-Maram).

Menurut Layyina dari apa yang dibaca dan dilihatnya dalam episode kehidupan keluarga di Inggris ini ada beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran untuk menuju keluarga bahagia. Misalnya keluarga tipe pertama, seharusnya dapat memberikan pemahaman kepada anak-anaknya sehingga dapat mengurangi beban hutang orangtuanya.

Setuju Layyina, memang itulah tekad Iblis untuk menggoda manusia salah satunya adalah melalui harta dan anak – anak serta janji – janjinya namun Allah mengingatkan kita agar berhati – hati kepada janji – janji si Iblis dan pasukannya yang hanya tipuan belaka (Surat Al-Isra’ (17): 64).

Sedangkan untuk keluarga tipe kedua di atas, si kaya itu tidak melihat uang untuk digunakan sebagai ajang pamer atau mencapai “popularity” sehingga tidak perlu membeli barang bermerk dengan harga yang tidak masuk akal. Juga keluarga ini adalah keluarga yang “grateful” kata Layyina karena menghargai apa yang Allah Swt berikan dan menggunakannya pada tempatnya. Jika ada kelebihan, sebaiknya menolong orang yang di luar sana yang banyak sekali hidup dalam “poverty line”, tambahnya lagi.

Setuju Layyina, Rasulullah SAW adalah seorang rasul yang kaya raya namun hidupnya tidak bergelimangan dengan harta. Beliau mengajarkan umatnya untuk hidup sederhana. Juga ketika kita senantiasa “grateful” Allah akan menambahkan lagi nikmatNya, adapun ketika kita ingkar maka sesungguhnya azab Allah sangat pedih (Surah Ibrahim (14):7). Demikian juga ketika kita semakin suka berbagi, Allah akan melipatgandakan ganjaranNya, disebutkan 700 kali lipat (Surah Al-Baqarah (2): 261).

Setuju Layyina, hutang karena gaya hidup sangat menakutkan. Bagi seorang Muslim, jangan sampai meninggal dunia dalam keadaan berhutang.

Adapun keluarga tipe ketiga seharusnya dia tidak perlu memaksakan diri, lagipula kulkasnya hanya memberikan kebahagiaan sementara, setelah itu dia gelisah karena khawatir pihak toko akan menyita kulkasnya jika tidak sanggup bayar cicilan. Si ibu seharusnya sibuk berusaha mendapatkan penghasilan yang layak supaya dapat membiayai anaknya kelak, tutup gadis muda berdarah Aceh-Cina ini.

Setuju Layyina, Rasulullah mengajarkan untuk tetap berusaha mencari kehidupan yang lebih baik, tawakal atau berserah diri kepada Allah adalah jawaban terakhir.[su_pullquote align=”right”]”Pada akhirnya, apapun yang kita miliki ini akan ditanyakan di Yaumul Hisab kelak, darimana harta itu didapatkan dan kemana dibelanjakan?”[/su_pullquote]

Pada akhirnya, apapun yang kita miliki ini akan ditanyakan di Yaumul Hisab kelak, darimana harta itu didapatkan dan kemana dibelanjakan?

Maka dari itu, mari kita jadikan episode kali ini sebuah pelajaran buat keluarga kita, yang mungkin jatuh kepada salah satu tipe dari ketiga tipe keluarga di atas. Selaku keluarga yang bermatlamat untuk menuju keuangan yang sakinah, maka seharusnya keluarga kita senantiasa merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah dalam setiap langkah mengelola keuangannya.