Ekonomi syariah dapat membantu memajukan ekonomi Aceh. Dimulai dari perencanaan keuangan keluarga Aceh, dapat menggunakan prinsip syariah. Mahasiswa Aceh di Inggris pun mulai mempelajari ekonomi syariah. Hal ini tampak dalam silaturahmi mahasiswa Aceh di UK, beberapa hari lalu.
Sudah hampir 10 tahun hari penuh duka itu terjadi, di mana gelombang Tsunami dengan kekuatan 9.3 skala Richter tahun 2004 menghantam Aceh dan melenyapkan sekitar 173.741 orang termasuk 2.876 guru, 700 profesor, 105 dokter medis, 711 perawat, dan sekitar 4.000 pejabat pegawai negeri.
Pemerintah lokal dan pusat beserta bantuan dari berbagai negara termasuk Inggris serentak melakukan rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh dengan salah satu fokus penting yaitu program pendidikan. “Serentak konsorsium 13 universitas di UK menawarkan beasiswa S2 untuk 40 mahasiswa Aceh saat itu. Kemudian mahasiswa yang berdatangan mendalami bidang disaster management, engineering, keuangan, hukum, dan transportasi” ujar Kamil Osman, penasihat perkumpulan mahasiswa Aceh di UK saat memberikan sambutannya dalam acara pertemuan masyarakat Aceh kemarin di Nottingham, Inggris.
Sejak saat itu makin banyak mahasiswa Aceh yang datang ke UK untuk melanjutkan studi, ujarnya lagi. Beasiswa dalam negeri juga banyak diberikan oleh perguruan tinggi di seluruh Indonesia, termasuk Sekolah Tinggi Ekonomi Syariah (STEI) Tazkia yang telah bekerja sama dengan Pemda Aceh untuk mendidik para ahli keuangan syariah yang siap membantu Aceh. Saat ini sudah ada 30 orang yang kembali ke Banda Aceh, Sabang, Sigli, dan Senabang setelah empat tahun kuliah di kampus kami ” ujar Joko Triono, Humas STEI Tazkia.
Kegiatan silaturahim rutin Rangkang Nanggroe begitu nama perkumpulan ini diberikan, kali ini dihadiri cukup banyak anggota yang berasal dari berbagai kota seperti Southampton, Manchester, Sheffield, Glasgow, New Castle, Derby, Bradford, Luton, dan Kent. “Rangkang Nanggroe sudah dua tahun ini telah mengadakan beberapa kegiatan antara lain sosialiasi aturan pakaian dan formasi penari Tari Saman, mengumpulkan dan menyalurkan bantuan gempa Benar Meriah, Aceh 2013 dan memfasilitasi kerjasama Provinsi Aceh dengan Salford University dalam pengiriman beasiswa” Ezri Hayat, Ketua Rangkang Nanggroe menjelaskan.
Acara Duek Pakat (silaturrahim) yang diadakan kali ini diselipi dengan workshop Sakinah Finance yang disampaikan oleh kedua penulis dan juga dosen STEI Tazkia, sebuah perguruan tinggi di Indonesia dengan program unggulan bidang ekonomi syariah. Dalam workshop tersebut, Murniati Mukhlisin membahas tentang aspek-aspek ekonomi syariah dan pengelolaan keuangan. Disertai tentunya dengan pemahaman ekonomi syariah yang baik. “Setiap orang sebenarnya dapat mengelola keuangan keluarganya sendiri. Yang penting harus dimulai dengan niat untuk mendapatkan ketenangan atau sakinah, dan bukan bagaimana cara kaya mendadak. Tahapan selanjutnya adalah bagaimana mengatur pendapatan dan pengeluaran yang harus memenuhi Maqasid Syariah yaitu memproteksi agama, akal, kehidupan, keturunan dan, harta” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Luqyan Tamanni menjelaskan berbagai jenis investasi syariah yang dapat memberikan solusi bagaimana mencapai impian-impian keluarga, khususnya keluarga di Aceh. “Diversifikasi investasi kita dalam berbagai kelompok sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Emas dan saham syariah adalah salah satu bentuk investasi pasif yang cocok untuk jangka panjang” ujarnya. Untuk mengembangkan ekonomi syariah di Indonesia, diperlukan juga modal investasi dengan metode perkongsian secara syariah. “Bukan hanya investasi bagi pemilik modal tetapi sekaligus membantu usaha kecil secara langsung dan ternyata praktek keuangan syariah tidak semestinya melalui bank. Tentunya harus dibekali dengan ilmu dan keahlian dalam bidang itu disertai dengan pencatatan yang baik” tutup Murniati.